Categories: Artikel

Mengapa Kita Wajib Beribadah?

MENGAPA KITA WAJIB BERIBADAH?

(Abu Yahya Sumantoro, S.Pd.)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للهِ الّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji kita haturkan ke hadirat Allah yang telah menciptakan semua makhluk, yang kecil maupun yang besar. Dialah yang telah menciptakan siang dan malam. Dialah yang telah menciptakan daratan dal lautan. Dialah yang telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.  Dialah yang memberi rizki kepada semua makhluk untuk melangsungkan hidupnya. Itu semua menunjukkan akan kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla.

Ada orang yang tidak mau beriman kepada Allah berkata, “Saya ini dibuat oleh orang tua saya”. Maka tanyakan kepada mereka, “Silahkan tanyakan kepada ibumu, “Apakah ibu punya rencana rambut saya seperti ini? Apakah ibu punya rencara mata saya seperti ini? Apakah ibu punya rencana hidung saya seperti ini?” Mereka (para ibu yang memiliki hati yang fitroh) pasti menjawab “Tidak. Semua sesuai kehendak Allah dan kekuasaan-Nya”.

Ada sebuah cerita nyata bahwa ada orang yang tidak pernah shalat, bahkan kegiatan rutinnya beribadah kepada selain Allah. Dengan izin Allah anaknya cacat kaki (telapak kakinya tidak seperti wajarnya manusia. Maka iapun mengatakan, “Itu sesuai kehendak Allah dan kekuasaan-Nya”.

Para hadirin yang berbahagia…

Setelah kita pahami bahwa Allahlah yang menciptakan kita dan memberi kita rizki, apakah Allah melakukan itu semua tidak memiliki tujuan?

Allah berfirman:

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia”. (Q.S. al-Mukminun:115-116)

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)  Bukankah dia dahulu dari setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, (Q.S. al-Qiyamah:36-38)

Para hadirin yang berbahagia…

Lalu apakah buktinya Allah menciptkan ada tujuannya?

Buktinya adalah Allah mengutus kepada kita seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Allah, mengajari dan membimbing kita ke jalan yang lurus. Ia adalah rasul yang mulia yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam dan penutup para Nabi. Siapakah dia wahai saudara-saudaraku? Ayo jawab wahai saudara-saudaraku? ……Dia adalah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Kepada umat-umat yang terdahulu juga diutus rasul-rasul yang membimbing mereka. Mereka semua diberi mukjizat untuk menunjukkan kerasulannya.

Nabi kita Muhaamad telah diakui semua kalangan akan kenabian dan kerasulannya. Sebelum menjadi nabi, beliau dikenal semua orang sebagai orang yang sangat bisa dipercaya, dan diberi julukan sebagai al Amiin (yang sangat bisa dipercaya). Setelah menjadi nabi, sekalipun ada yang mendustakan dan menentang, tetapi kalau dengan hati yang bersih niscaya akan mengakuinya. Dan yang menghalangi mereka untuk mengakuinya adalah kezhaliman, kebodohan dan kesombongan mereka, seperti firman Allah:

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. (Q.S. an-Naml:14)

Banyak pembesar ahlu kitab yang masuk Islam yang lurus ini karena melihat nabi Muhammad memang benar-benar Nabi dengan tanda-tanda yang mereka dapati.

Diantara yang ِAllah jadikan penguat akan kerisalahan beliau adalah al Qur’an. Tidak ada seorangpun yang mampu menandingi , walaupun hanya sepuluh surat, atau bahkan hanya satu surat sekalipun. Yang ini menunjukkan bukan ucapan orang, melainkan ucapan sang pencipta yaitu Allah sang pencipta dan penguasa semesta alam dan yang membawanya adalah utusan-Nya.

Para hadirin yang berbahagia…

Lalu apa tujuan Allah menciptakan kita?

Allah menciptakan kita adalah supaya kita beribadah kepada-Nya dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah berfirman:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. adz-Dzariyat:56)

Makna ibadah pada ayat di atas adalah seperti yang dijelaskan oleh syaikhul islam ibnu taimiyyah, yaitu: “Segala aspek yang mencakup apa yang Allah cintai dan ridhai, baik ucapan, maupun perbuatan, zhohir maupun bathin”.

Sedangkan makna ayat di atas adalah tujuan penciptaan makhluk adalah hanya untuk beribadah dan meninggalkan peribadahan-peribadahan kepada selain Allah.

Demikian semua rasul diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Contohnya adalah firman Allah ta’ala:

Hud. Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya”. (Q.S. al-A’raf:65)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu”, (Q.S. an-Nahl:36)

Para hadirin yang berbahagia…

Para nabi dan rsul menyerukan peibadahan kepada Allah saja dan meninggalkan syirik karena dengan syirik (akbar), amalan seseorang akan gugur semua. Jadi sekalipun seseorang itu telah melakukan shalat, zakat, atau haji sekalipun, apabila ia berbuat syirik (akbar), maka amalannya gugur semua dan pelakunya telah keluar dari Islam yang suci ini. Hal itu telah dijelaskan Allah subhanahu wata’ala:

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-An’am:88)

Maka wahai pada hadirin yang saya muliakan, … sangat perlu di perhatikan jangan sampai kita terjerumus ke dalam lubang kesyirikan yang bisa mengantarkan kita kepada kemurtadan dan kekafiran.

Akhirnya kepada Allahlah kita memohon supaya kita dan keluarga kita, anak keturunan kita terjaga dari kesyirikan. Mudah-mudahan hal ini bisa bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi jamaah semuanya.

Apabila ada ada kesalahan, baik ucapan mauun sikap, baik sengaja maupun tidak, besar maupun kecil, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Demikianlah apabila ada benarnya itu datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala, ambillah dengan sungguh-sungguh. Dan apabila ada salahnya, itu datangnya dari diri saya sendiri dan dari setan, saya istighfar kepadaNya astaghfirullahal ‘Azhim

وَبِاللهِ التّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ