Categories: Artikel

Ringkasan Fikih Ramadhan

Saudaraku, sesungguhnya kita semua tengah menyambut tamu yang agung, tamu yang mulia, yang tidak datang kepada kita kecuali satu kali saja dalam setahun. Tamu tersebut adalah bulan Ramadhan. Bulan kebaikan, keberkahan, yang Allah lebihkan dari bulan-bulan yang lain, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, dan bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka hendaknya bagi setiap muslim untuk berlomba-lomba memperbanyak amal sholeh demi mendapat keutamaan bulan tersebut, dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatn sehingga tidak termasuk orang yang merugi. Oleh karenanya, akan sedikit kami membahas tentang fiqih Ramadhan.

Amalan-amalan sholeh bulan Ramadhan:

1.Puasa

Yaitu menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri, dan sebagainya sesuai dengan tuntunan syari’at, termasuk juga menahan diri dari ucapan kotor, perbuatan dzalim, dan sebagainya, mulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. (Syarh Umdah 1/23-24 Ibnu Taimiyyah)

Puasa wajib bagi seorang muslim, baligh, berakal, dan tidak ada penghalang baginya untuk berpuasa seperti sakit, berpergian atau yang selainnya. Sebagaimana Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183)

2. qiyaamul lail (shalat tarawih dengan berjama’ah)

seorang mukmin pada bulan Ramadhan terkumpul dua jihad pada dirinya: Jihad pada siang hari dengan berpuasa, dan jihad pada malam hari dengan shalat tarawih.

Sungguh mengerjakan shalat tarawih pahalanya sangatlah besar. Rosululloh bersabda:

“Barang siapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari: 58. Muslim no. 759)

Dan hendaknya mengerjakan shalat tarawih bersama imam sampai selesai, karena Rosululloh bersabda:

“Barang siapa berdiri (mengerjakan shalat tarawih) bersama imam sampai selesai dituliskan baginya shalat sepanjang malam.” (HR. Tirmidzi 3/520, dishahihkan oleh al-Albani dalam irwa’ no. 447)

3. Memperbanyak membaca al-Qur’an

Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an, maka sudah semestinya kita memuliakannya dengan banyak membaca al-Qur’an, merenungi dan mempelajari maknanya. Rosululloh senantiasa membaca al-Qur’an kepada malaikat Jibril pada bulan tersebut. (Lihat. HR.Bukhari 1/30, Muslim no. 3308)

4. Memperbanyak sedekah

Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena pahalanya dilipat gandakan. Marilah kita contoh Nabi kita Muhammad, beliau adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Ibnu Abbas berkata: “Adalah Rasululloh manusia yang paling dermawan. Beliau sangat dermawan jika bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 6, Muslim no. 2308)

5. Umrah

Rasululloh bersabda:

“Umroh di bulan Ramadhan menyamai (pahala) haji bersamaku.” (HR

Sama saja, baik di awal, di tengah, atau di akhir bulan. Tidak ada pengkhususan bahwa yang lebih utama adalah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

6. I’tikaf (mencari malam lailatul qadr)

I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah. (al-Inshaf fi Ahkaamil I’tikaf-Ali Bin Hasan al-Halabi hal. 5)

I’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) (lihat QS. Al-Baqarah: 187). Sebagaimana hal ini juga telah dikerjakan oleh Rosululloh.

Ibnul Qoyyim berkata: “Allah mensyari’atkan i’tikaf maksud dan intinya adalah agar hati lebih tenang dan menghadap kepada Allah, memusatkan hati, mendekatkan diri kepada-Nya da, menghilangkan kesibukan dengan manusia, hanya sibuk dengan Allah saja.” (Zaadul Ma’aad 2/82)

Diantara maksud dari i’tikaf juga adalah mencari malam lailatul qadr. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Yang mana kita telah diperintahkan oleh Rosululloh untuk mencarinya. (Lihat HR. Bukhari no. 2020)

Kesalahan-kesalahan Pada bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Namun sangat disayangkan, ada sebagian ibadah yang tercampuri oleh beberapa ritual yang tidak ada dasarnya dalam agama. Diantaranya yang banyak tersebar di negeri kita adalah:

1.Melafadzkan Niat

Tidak diragukan lagi bahwa niat adalah syarat sahnya ibadah, termasuk puasa. Hanya, perlu diketahui bahwa niat tempatnya di dalam hati. Barang siapa yang terlintas dalam hatinya bahwa dia besok akan berpuasa berarti dia telah berniat. Maka tidak perlu melafadzkan niat puasa di malam hari dengan mengucapkan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ للهِ تَعَالَى

Yang artinya: “Aku berniat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban fardhu puasa Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Bacaan niat tersebut sangat masyhur bahkan diucapkan secara berjama’ah di masjid setelah sholat tarawih padahal tidak ada asalnya sama sekali dalam kitab hadits. (Lihat Shifat Shaum Nabi, hal. 30 Syaikh Salim al-Halabi dan Ali Hasan)

2. Menetapkan Waktu Imsak

Menetapkan waktu imsak untuk membatasi makan sahur dan mengumumkannya melalui pengeras suara merupakan perkara yang menyelisihi sunnah. Padahal syari’at memberi batasan bagi seseorang untuk makan sahur sampai adzan subuh. Bahkan syari’at menganjurkan untuk mengakhirkan sahur, sedangkan penetapan imsak berarti memalingkan manusia dari menghidupkan sunnah.

Kami memahami bahwa maksud para pencetus imsak adalah sebagai bentuk kehati-hatian agar jangan sampai kita ketika masuk waktu subuh orang-orang masih makan atau minum. Akan tetapi ini adalah perkara ibadah sehingga harus berdasarkan dalil yang shahih. Dan tidak terdapat dalil yang shahih yang melandasi hal ini. (Fathul Bari 4/109, dan fatawa Ibnu Utsaimin, hal. 670)

3. Memperingati Nuzulul Qur’an

Pada tanggal 17 Ramadhan biasanya sebagian kaum muslimin mengadakan peringatan yang disebut dengan perayaan nuzulul qur’an sebagai bentuk pengagungan kepada kitab suci al-Qur’an. Namun, ritual tersebut perlu disorot dari dua segi:

Pertama: Dari segi sejarah, adakah bukti autentik-baik berupa dalil atau sejarah-bahwa al-Qur’an diturunkan pada tanggal tersebut?!

Kedua: Anggaplah memang terbukti bahwa al-Qur’an diturunkan pada tanggal tersebut, namun menjadikannya sebagai perayaan butuh dalil dan contoh dari Nabi. Bukankah orang yang paling gembira dengan turunnya al-Qur’an adalah Nabi dan para sahabatnya?! Namun demikian, tidak pernah dinukil dari mereka tentang adanya peringatan tentang adanya perayaan semacam ini, maka ini menunjukkan bahwa peringatan tersebut bukan termasuk dari ajaran Islam.

Dan perlu diketahui bahwa perayaan tahunan dalam Islam hanya ada dua macam, Idul Fitri dan Idul Adha. (Lihat HR. Ahmad 3/103)

4. Rahmat Allah untuk musafir pada bulan Ramdhan

Musafir (orang yang sedang dalam perjalanan/safar) berbeda keadaannya dengan ketika dia berada di tempat tinggalnya. Musafir menanggung resiko lapar, haus. Maka atas rahmat Allah yang menghendaki kemudahan atas hamba-Nya, maka orang yang safar dan sakit boleh tidak berpuasa pada bula Ramadhan, tetapi harus menggantinya pada hari lain. Begitu juga dengan orang yang sakit, wanita menyusui, boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan apabila membahayakan kesehatannya.

Allah berfirman, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Jangan Nodai Bulan Ramadhan

Ada sebagian orang yang berpuasa, tetapi masih banyak kesalahan yang ia kerjakan. Misalnya, menjadikan malam seperti siang dan sebaliknya, meninggalkan sholat berjama’ah bagi kaum laki-laki, berlebih-lebihan dalam makan, mengumbar mata dan telingga serta lisan untuk yang haram, menghabiskan waktu dengansia-sia, menyalakan kembang api atau mercon, dan yang semisalnya. Padahal Nabi telah bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (puasanya).” (HR. Bukhari 7/185)

Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Yang Populer di Bulan Ramadhan

Telah shahih dari Rasulullah, bahwa beliau telah bersabda, “Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia bersiap-siap mengambil tempat duduk di neraka. “

Berangkat dari hadits ini, kami terdorong untuk membuat bab ini sebagai nasehat dan peringatan kepada kita agar tidak  berdusta atas nama Nabi, menceritakan dan, mengamalkannya.

Berikut ini beberapa contoh hadit lemah dan palsu yang banyak tersebar di masyarakat padahal tidak shahih dari Nabi. Diantaranya:

  1. “Seandainya hamba-hamba tahu apa yang ada di bulan Ramadhan pasti umatku akan berangan-angan agar Ramadhan itu jadi satu tahun seluruhnya, sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya….” (Hadits ini dimungkarkan oleh Syaikh al-Albani- lihat silsilah hadits dha’ifah 3/493)
  2. “Berpuasalah maka kamu sekalian sehat.” (Hadits ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani-lihat silsilah hadits dho’ifah 1/420)
  3. “Orang yang berpuasa adalah tetap di dalam ibadah meskipun dia terbaring tidur di atas tempat tidurnya.” (Hadits ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani-lihat silsilah hadits dho’ifah 2/106)
  4. “Berbuka puasa dengan do’a:

اللَهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

(Hadits ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani-lihat shohih wa dho’if jami’us shoghir 20/402)

Akhirnya kita berdo’a kepada Allah agar senantiasa memberikan kepada kita taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat istiqomah dalam beribadah kepada-Nya, di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Dan semoga Allah menerima amal-amalan kita dan menghapuskan dosa-dosa kita, amin…

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ

“Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan amal ibadah kalian”

(***)

Oleh: Abu Sahl Feri al-Kadawy