Hari jum’at adalah hari yang sangat mulia di sisi Allah. Rosululloh sendiri memposisikannya sebagai penghulu hari-hari sepekan dan merupakan hari yang paling baik. Hari jum’at juga merupakan hari yang sangat istimewa karena banyak ibadah yang Allah syari’atkan di dalamnya yang dikhususkan hanya pada hari jum’at.
Oleh karenanya, pada edisi kali ini -dengan memohon taufiq dari Allah- perlu kita angkat sedikit hukum-hukum yang berkaitan dengan hari jum’at. Agar kita dapat memaksimalkan dan meraih pahala yang besar yang ada pada amalan-amalan hari jumat.
Keutamaan Hari Jum’at
- Hari jum’at merupakan hari yang paling baik
Rosululloh bersabda:
( خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة : فيه خلق آدم و فيه أدجل الجنة و فيه أخرج منها )
“Sebaik-baik hari yang didalamnya terbit matahari adalah hari jum’at: karena di hari jum’at Nabi Adam diciptakan, pada hari jum’at pula beliau dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya”. (HR. Muslim no. 854)
- Pada hari jum’at terdapat waktu terkabulnya doa
Rosululloh bersabda:
( إن في الجمعة ساعة لا يوافقها الله عبد مسلم و هو قائم يصلي يسأل الله شيئا إلا أعطاه إياه )
“sesungguhnya pada hari jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim menemuinya dan dia sholat dan meminta sesuatu kepada Allah kecuali allah akan memberinya.” Muttafaqun ‘alaih
Ada dua pendapat yang kuat tentang waktu tersebut:
- Antara dua khutbah jum’at
- Setelah sholat ashar sampai magrib
- Hari jum’at adalah hari penghapusan dosa
Rosululloh bersabda:
( الصلوات الخمس و الجمعة إلى الجمعة ورمضان إلى رمضان مكفرات لما بينهن إذا اجتنبت الكباإر )
“Sholat lima waktu, jum’at ke jum’at berikutnya, Romadhon ke Romadhon berikutnya menghapuskan dosa-dosa diantara keduanya apabila dosa-dosa besar dihindar.i” (HR. Muslim no. 233)
- Seorang muslim yang meninggal pada hari jum’at tanda husnul khotimah
Rosululloh bersabda:
( ما من مسلم يموت يوم الجمعة إلا وقاه الله فتنة القبر )
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari jum’at kecuali Allah akan jaga dia dari fitnah kubur.” (HR Tirmidzi no. 1073, Ahmad 2/169. Lihat Shohihul Jaami’ 5773)
- Pada hari jum’at Allah syari’atkan sholat jum’at
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseur untuk menunaikan sholat jum’at maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli….”. (QS al-Jumu’ah: 9)
Hukum Sholat Jum’at
Sholat jum’at hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi setiap mukallaf (orang yang terbebani syari’at), kecuali beberapa orang yang dikecualikan, diantaranya yaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil, orang yang sakit. Hal ini berdasarkan sabda rosululloh:
( الجمعة حق واجب على كل مسلم في جماعة إلا أربعة : عبد مملوك أو امرأة أو صبي أو مريض )
“Sholat jum’at adalah wajib bagi setiap muslim kecuali empat: Hamba sahaya, wanita, anak kecil dan, orang yang sakit.” (HR Abu Dawud no. 1067, dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Dawud 1/294
Syaikh Siddiq Hasan Khan menukil ucapan Ibnul Mundzir bahwa sholat jum’at hukumnya fardhu ‘ain. (Ar-Roudhotun Nadiyyah 1/339)
Hukum Khutbah Jum’at
Mayoritas ulama berpendapat bahwa khotbah merupakan syarat sahnya sholat jum’at, berdasarkan firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseur untuk menunaikan sholat jum’at maka bersegeralah kalian kepada dzikrulloh (mengingat Allah) dan tinggalkanlah jual-beli….”
(QS al-Jumu’ah: 9)
Yang dimaksud dengan dzikrulloh pada ayat di atas adalah khotbah, berdasarkan sabda rosululloh, “…..apabila imam telah keluar (dari rumahnya), maka para malaikat hadir untuk mendengarkan dzikir (khutbah).”
Petunjuk Nabi Dalam Berkhutbah
- Mengucapkan salam setelah naik mimbar
Jabir bin Samurah berkata: “Bila Rosululloh naik ke atas mimbar, beliau mengucapkan salam. “ (HR. Ibnu Majah: 1109, dihasankan oleh al-Albani dalam Shohih Sunan Ibnu Majah 1/329)
- Membuka khotbah dengan memuji Allah dan bersholawat atas Rosululloh
Dalam hal ini disunnahkan untuk memulainya dengan membaca khutbatul hajah.(HR. Muslim: 867)
- Mengeraskan suara
Jabir bin Samurah berkata: “sesungguhnya Nabi apabila berkhutbah maka kedua mata beliau memerah dan suaranya meninggi seakan-akan mengingatkan pasukan perang.” (HR. Muslim: 867)
- Memendekkan khutbah dan memanjangkan sholat
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya panjangnya sholat dan pendeknya khutbah seseorang merupakan tanda kefaqihannya terhadap agama, maka panjangkanlah sholat dan pendekkanlah khotbah kalian.” (HR. Muslim: 869)
- Membagi khutbah menjadi dua bagian
Jabir bin samurah berkata: “sesungguhnya Nabi berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk dan berdiri kembali untuk berkhutbah.” (HR. Muslim: 862)
Apabila Tertinggal sholat Jum’at
Orang yang tertinggal sholat jum’at maka wajib menggantinya dengan sholat dzuhur empar raka’at. Ibnu Mas’ud berkata: “Barang siapa mendapatkan satu raka’at maka ia telah mendapatkan sholat jum’at. Namun, barang siapa tidak mendapatkan sholat jum’at, hendaknya ia sholat empat raka’at.” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannafnya: 5477 dengan sanad yang shohih berdasarkan nukilan dari Shohih Fiqhu Sunnah 1/592)
Apabila seorang masbuq (tertinggal sholat) menjumpai imam telah duduk tahiyat, maka ia harus menyempurnakan sholatnya menjadi empat raka’at. Ibnu Umar berkata: “Apabila seseorang mendapatkan satu raka’at dari sholat jum’at, maka hendaknya ia menyempurnakannya (dua raka’at). Namun, apabila ia mendapati imam dalam keadaan duduk tahiyat, maka hendaknya ia menyempurnakan sholatnya empat raka’at. “ (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannafnya: 5471 dengan sanad yang shohih berdasarkan nukilan dari Shohih Fiqhu Sunnah 1/592)
Adab-Adab Di Hari Jum’at
- Mandi pada hari jum’at, memakai minyak wangi dan, bersiwak
Rosululloh bersabda: “Sesungguhnya ini adalah hari ‘ied yang Allah jadikan untuk kaum muslimin, maka barang siapa yang mendatangi sholat jum’at maka hendaknya dia mandi, memakai minyak wangi danHadits shohih riwayat Ibnu Majah: 1098, lihat shohihul jami’: 2258)
- Memperbanyak bersholawat atas Nabi
Rosululloh bersabda: “Perbanyaklah bersholawat atas ku pada hari jum’at dan malam jum’at, maka barang siapa yang bersholawat atas ku satu kali, maka Allah akan bersholawat atasnya sepuluh kali. “ (Hadits hasan diriwayatkan oleh al-Baihaqi: 3/249, lihat Ash-Shohihah : 1407)
- Membaca surat al-Kahfi
Rosululloh bersabda: “Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari jum’at, maka cahaya akan menyinarinya diantara dua jum’at. “ (Hadits shohih riwayat al-Hakim: 2/399), lihat shohihul jami’: 6470)
Apabila Hari Jum’at Bertepatan Dengan Hari Raya ‘Ied
Apabila idhul fitri atau idhul adha jatuh pada hari jum’at, maka bagi orang yang telah melaksanakan sholat ‘ied tidak diwajibkan lagi melaksanakan sholat jum’at. Hal ini berdasarkan sebuah riwayat dari Atha’, beliau berkata: “Ibnu Zubair pernah sholat ‘ied bersama kami pada hari jum’at, kemudian tatkala waktu sholat jum’at telah tiba beliau tidak keluar ke masjid sehingga kami sholat sendiri tanpa kehadiran beliau. Sehingga pada masa itu Ibnu Abbas tengah berada di Tho’if. Lantas kami menceritakan kejadian tersebut kepada beliau (Ibnu Abbas) maka belaiu mengatakan: “Dia (Ibnu Zubair) telah mencocoki sunnah.” Kejadian ini juga sampai kembali kepada Ibnu Zubair, maka beliau mengatakan: “Sungguh aku telah melihat Umar bin Khaththab melakukan hal seperti ini.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud: 1071, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Dawuw: 1/295).
Wallohu a’lam… (***)
Penulis: Abu Sahl Feri al-Kadawy, pengajar Ponpes tahfizh Dhiya’ul Qur’an.